DISWAY.ID – Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Maluku terus berinovasi dalam memperluas akses pelayanan kesehatan jiwa. Kini, rumah sakit yang berada di ibu kota Provinsi Maluku tersebut resmi menerapkan digitalisasi layanan kesehatan mental, guna menjangkau masyarakat di seluruh wilayah kepulauan yang tersebar di 11 kabupaten/kota.
Direktur RSKD Maluku, dr Sherly Yakobus, menyebut program ini merupakan terobosan penting di tengah tantangan geografis yang dihadapi Maluku.
“Ini merupakan program integratif digital untuk mendekatkan pelayanan kesehatan jiwa pada masyarakat Maluku,” ujarnya di Ambon, Kamis 26 Juni 2025.
Ada tiga platform utama yang dikembangkan. Pertama, Teko Sehat Siwalima, yaitu layanan telekonsultasi kesehatan mental berbasis aplikasi, yang dirancang untuk menjangkau masyarakat luas di seluruh Maluku.
Kedua, Barkode Siwalima, berupa kode digital yang bisa digunakan untuk skrining atau pemeriksaan kesehatan jiwa pada anak, remaja, dan dewasa. Terakhir, Hotline Siwalima, layanan informasi kesehatan mental 24 jam yang bisa diakses kapan saja oleh masyarakat.
Ketiga platform ini lahir dari kebutuhan riil di lapangan. Dengan luas daratan hanya tiga persen dari total wilayah provinsi, serta keterbatasan rumah sakit dan transportasi antarpulau, pemerataan layanan kesehatan menjadi tantangan besar.
“Kemudian faktor keterbatasan SDM, saat ini dokter spesialis kesehatan jiwa kita hanya ada empat di Maluku, serta terbatasnya ketersediaan obat-obatan di kabupaten kota,” ungkap Sherly.
Ia menambahkan, RSKD sebenarnya sudah cukup aktif dalam kegiatan integrasi pelayanan beberapa tahun terakhir, namun keterbatasan wilayah membuat jangkauan tidak bisa merata dalam waktu singkat. Digitalisasi dianggap sebagai solusi tepat untuk menjawab keterbatasan ini.
“Misalnya tahun ini kita ke Bula Kabupaten SBT, tahun depan ganti lagi. Oleh sebab itu melalui platform digital yang digunakan oleh puskesmas ini dapat melaporkan langsung pasien-pasien jiwa yang mereka temukan,” jelasnya.
Teknologi ini tidak hanya tersedia di tingkat faskes, tapi juga dirancang agar dapat digunakan langsung oleh masyarakat melalui ponsel. Puskesmas setempat dapat menginput kondisi pasien, jenis pengobatan yang dibutuhkan, hingga langkah penanganan yang diperlukan. Sistem ini memungkinkan komunikasi langsung dengan pihak RSKD untuk tindak lanjut lebih cepat.
“Jika memang membutuhkan pengobatan, kami siap untuk menindaklanjuti, tentunya data pasien juga kita pegang. Karena inti dari integrasi ini adalah melayani pasien jiwa khususnya ODGJ dan pasien yang belum mendapatkan pelayanan. Jadi dari aplikasi itu juga bisa langsung konsultasi ke kita untuk ditindaklanjuti,” tegas Sherly.
Dengan inisiatif ini, RSKD Maluku berharap bisa menghadirkan layanan kesehatan jiwa yang inklusif, mudah diakses, dan setara—bahkan hingga ke pulau-pulau terpencil yang sebelumnya sulit terjangkau tenaga medis jiwa. *