Gebrakan Unpatti! Teknologi AI Ditanamkan dalam Ilmu Kelautan, Siapkan Lulusan Unggul di Era Blue Economy
Universitas Pattimura Ambon, Maluku- -arsip unpatti.org 2024-
DISWAY.ID — Pascasarjana Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Pattimura (Unpatti) Maluku kini mengambil langkah revolusioner dengan mengintegrasikan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI) ke dalam proses pembelajarannya. Langkah ini ditujukan untuk mempercepat transformasi digital kampus sekaligus meningkatkan daya saing lulusan di sektor kemaritiman.
Rektor Unpatti, Prof Freddy Leiwakabessy, menyatakan bahwa integrasi AI bukan lagi sekadar gagasan, melainkan telah diterapkan secara bertahap melalui pengembangan kurikulum berbasis Outcome Based Education (OBE) dan metode penelitian yang mendukung analisis big data kelautan.
“Hari ini peta keilmuan kelautan tidak bisa dilepaskan dari AI. Dari riset oseanografi, perikanan tangkap, penginderaan jauh, hingga mitigasi bencana, semua membutuhkan teknologi. Karena itu, Unpatti mengambil sikap jelas bahwa AI harus menjadi bagian ekosistem pembelajaran,” ujarnya.
Gagasan strategis ini diperkuat melalui diskusi kelompok bertema "Penguatan kurikulum Outcome Based Education (OBE) Program Studi Magister Ilmu Kelautan: Relevansi industri, masyarakat, dan integrasi AI dalam era transformasi digital."
Rektor menegaskan, pemanfaatan AI sama sekali tidak bertujuan menggantikan peran peneliti atau mahasiswa, melainkan berfungsi sebagai akselerator. AI diharapkan dapat mempercepat kemampuan analisis dan meningkatkan ketepatan informasi, terutama dalam mengelola ekosistem laut Maluku yang kompleks dan sangat dinamis.
Laboratorium Marine AI dan Transfer Teknologi
Sejumlah langkah konkret telah dilaksanakan oleh Unpatti. Salah satunya adalah pengembangan Laboratorium Marine AI dan Data Science, yang saat ini sedang dirancang bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Laboratorium ini kelak akan mendukung penelitian canggih seperti pemodelan arus laut, penginderaan jauh, analisis perubahan iklim, dan konservasi pesisir berbasis AI.
Unpatti juga aktif menyelenggarakan pelatihan dosen dan mahasiswa, bekerja sama dengan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar dan praktisi industri maritim nasional.
Kolaborasi ini bertujuan memastikan pemanfaatan AI benar-benar relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Bahkan, kolaborasi penelitian untuk mendeteksi kerusakan ekosistem laut—melalui AI recognition pada sumber daya ikan, mangrove, dan terumbu karang—dinilai dapat bekerja 60 persen lebih cepat dibandingkan metode manual.
“Kami memaksimalkan kerja sama BRIN dan Unhas bukan sebatas kegiatan ilmiah, tetapi transfer teknologi dan pemanfaatan data untuk kepentingan riset mahasiswa dan dosen Unpatti,” kata dia.
Prof Freddy Leiwakabessy menyebut upaya ini sebagai strategi jangka panjang untuk mencetak lulusan kelautan yang unggul. Lulusan Unpatti diharapkan tidak hanya menguasai sains, tetapi juga mahir mengoperasikan teknologi dan mampu berkolaborasi dalam industri biru berkelanjutan (blue economy).
“Maluku adalah daerah kepulauan, dan masa depan kita ada di laut. Menghadirkan AI dalam kelas dan laboratorium bukan tren, tetapi keharusan,” tegasnya. *
Sumber: