DISWAY.ID – Hujan deras yang mengguyur Kota Ambon selama dua hari berturut-turut memicu sejumlah bencana alam, mulai dari banjir, tanah longsor, pohon tumbang, hingga kerusakan infrastruktur di berbagai titik. Meski sebagian besar insiden tak menimbulkan korban, satu warga dilaporkan meninggal dunia akibat tertimpa pohon.
Insiden tanah longsor dilaporkan terjadi di kawasan Karangpanjang, Kecamatan Sirimau. Seorang warga, Frengky M, menceritakan detik-detik longsoran yang nyaris mengenai rumahnya.
"Akibat hujan deras yang tidak henti-hentinya sejak kemarin, baru saja terjadi longsoran talud di samping rumah saya, namun syukurlah tidak ada yang terluka dalam musibah malam ini, termasuk rumah tetangga yang temboknya terkena material longsoran," ujar Frengky, Minggu 22 Juni 2025.
Sementara itu, peristiwa pohon tumbang terjadi di Batugantung dan menimpa rumah milik keluarga Romer. Akibatnya, seorang warga bernama Albert meninggal dunia pada Sabtu malam. Tanah longsor juga menerjang kawasan Kezia di Kecamatan Nusaniwe.
Banjir pun turut melanda sejumlah wilayah, termasuk kawasan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) di Sirimau serta Hative Kecil. Luapan sungai menyebabkan rumah-rumah warga terendam air, memaksa banyak dari mereka mengungsi ke lokasi yang lebih aman.
Tak hanya permukiman, bencana ini juga melumpuhkan akses transportasi. Beberapa ruas jalan penting di Kota Ambon tak bisa dilewati akibat genangan, seperti di kawasan Perigi Lima, Jalan AY Patty, Jalan Baru, Waehaong, hingga Passo di Kecamatan Baguala.
Kondisi cuaca ekstrem ini sebelumnya telah diantisipasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui peringatan dini. Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Pattimura Ambon, Kamari, menyampaikan bahwa potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang masih bisa terjadi di wilayah Ambon dan sekitarnya.
Menurut BMKG, fenomena ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor meteorologis seperti pertemuan angin, suhu permukaan laut yang tinggi (28–32°C), serta aktivitas gelombang Rossby yang memperkuat kelembaban di lapisan atmosfer. Ditambah lagi, wilayah Maluku saat ini tengah memasuki musim hujan penuh.
Wilayah terdampak cuaca ekstrem tak hanya terbatas di Kota Ambon, tetapi juga meliputi Kabupaten Buru, Buru Selatan, Maluku Tengah, Seram Bagian Barat dan Timur, Maluku Tenggara, Kepulauan Tanimbar, hingga Maluku Barat Daya.
Di sisi lain, DPRD Provinsi Maluku mulai merespons cepat atas kerusakan infrastruktur yang timbul. Anggota Komisi III, Allan Lohy, menegaskan kesiapan pihaknya untuk menindaklanjuti setiap laporan masyarakat.
"Apalagi kalau ada surat resmi yang masuk ke Komisi terkait kerusakan infrastruktur dan mengganggu aktivitas warga, perekonomian jadi terganggu maupun keselamatan pengguna jalan, segera kami tindaklanjuti dan berkoordinasi dengan instansi terkait guna penanganan," ujarnya.