DISWAY.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan gempa bumi bermagnitudo 5,6 yang mengguncang wilayah Ternate, Maluku Utara, termasuk dalam kategori gempa dangkal. Peristiwa tersebut terjadi akibat adanya deformasi batuan pada Lempeng Laut Maluku.
Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, dalam laporan yang dibagikan melalui grup percakapan “BMKG dan Stakeholders” di Manado pada Minggu, mengungkapkan bahwa karakteristik gempa telah dianalisis berdasarkan titik pusat dan kedalamannya.
“Memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, hasil analisis menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” kata Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam laporan yang dibagikan dalam grup percakapan "BMKG dan Stakeholders" di Manado, Minggu 21 Desember 20205.
BMKG juga mencatat dampak getaran gempa tersebut dirasakan di sejumlah wilayah. Di Manado, Bitung, Minahasa, Minahasa Utara, serta Tomohon, guncangan tercatat dengan intensitas III MMI, yang berarti getaran terasa jelas di dalam rumah dan menyerupai sensasi kendaraan berat yang melintas. Sementara itu, di wilayah Ternate, gempa dirasakan dengan intensitas II hingga III MMI.
Berdasarkan hasil pemodelan yang dilakukan BMKG, gempa bumi ini dipastikan tidak menimbulkan potensi tsunami. Namun demikian, aktivitas gempa susulan tetap terpantau setelah kejadian utama.
Hingga pukul 19.40 WIB, pemantauan BMKG menunjukkan telah terjadi satu kali gempa susulan atau aftershock dengan magnitudo 3,0. Gempa utama sendiri tercatat terjadi pada Minggu (21/12) malam pukul 19.21.46 WIB dan dikategorikan sebagai gempa tektonik.
Dari hasil analisis lanjutan, BMKG memperbarui parameter gempa dengan magnitudo tetap sebesar 5,6. Episenter gempa berada di laut, sekitar 132 kilometer arah barat laut Jailolo, Maluku Utara, dengan kedalaman 30 kilometer. (ant)